Happy Fucklentine Dies 2013 ; Selamat Ulang Tahun Kekasihku
Tulisan ini kutulis saat hari berwarna kelabu yang merah jambu. Jangan bingung. Ini tanggal empatbelas bulan kelahiranmu. Februari. Kamu pasti tidak tahu hari apa ini bagi manusia-manusia korban industri. Akan kuceritakan kekasihku. Ini hari Valentine, dimana cinta dan kasih sayang diobral dan cuci gudang. Maka orang terjebak euforia sesaat yang berwarna merah jambu meski di sini sedang mendung, barangkali sebentar lagi hujan. Dan aku tidak ingin termasuk didalamnya. Bukan juga kamu, sebab kamu jelas tidak punya konsep hidup menjadi korban industri.
Valentine, banyak cerita tentang sejarah hari ini. Aku malas menceritakannya sama kamu sebab tak ada gunanya. Yang jelas, perayaan begini semakin membuatku yakin betapa hidup sudah kehilangan esensinya. Kasih sayang dirayakan dengan sesuatu berwarna merah jambu. Boneka merah jambu, kertas bungkus kado warna merah jambu, pesta meriah serba merah jambu, barangkali celana dalam dan kondom juga diciptakan rasa strawberry berwarna merah jambu, sebab bercinta adalah ungkapan kasih sayang yang paling dalam bagi mereka (#TaiKucing).
Sayang, aku menyanyangimu dengan warna biru yang teduh, bukan merah jambu yang datang setahun sekali. Aku mencintaimu dengan sederhana, bukan dengan mengirimi kamu puisi gombal hasil jiplakan dari buku dengan hadiah mahal yang uangnya nilep dari SPP atau ngibul sama orang tua. Aku mencintaimu dengan mengelus gerai indah rambutmu, dan kamu menyukainya.
Kalau mereka merayakan kasih sayang setahun sekali dengan memberi cokelat, aku menyayangimu setiap hari, setiap detik, bahkan diantaranya dengan merindukan hari-hari aku memelukmu, mengelus punggungmu hingga kamu tertidur.
Sayangku, memang tak banyak cerita yang kita buat, sebab kebersamaan kita hanya kalau aku menunjungimu di rumahmu, sebab kamu memang bukan tipe petualang yang suka pergi kemana-mana sebagaimana aku yang suka menyeret kaki kemana-mana. Kamu pencinta rumah sejati, aku juga, tetapi aku juga pencinta perjalanan panjang menelusuri kota-kota yang belum pernah kujejaki. Dan kamu akan setia menungguku di rumahmu, sebab sejauh aku pergi, akan selalu pulang ke tempat dimana kamu dilahirkan, dimana aku titipkan kerinduan pada tubuh lembutmu.
Nyaiku, kekasihku, aku menyayangimu tanpa kata-kata dan bukan dengan cara pergi ke mall menghamburkan uang untuk sesuatu yang artifisial, sesuatu yang absdurd dan tanpa makna. Sebab siang tadi aku terjebak dalam sebuah mall dimana tempat sebuah toko buku untuk membeli tinta printerku yang habis. Aku terjebak dalam keriuhan pesta valentine. Merah jambu dimana-mana. Sepasang kekasih saling memanggil ‘sayang’ satu sama lain yang nyaris membuatku memuntahi buku di depan yang sedang kubaca sampul belakangnya. Para perempuan mendapat hadiah bunga mawar berwarna merah jambu dengan sumringah, menatap lelakinya begitu bangga dan berbinar-binar. Barangkali kalau si lelaki meminta dia terlentang di ranjang untuk disetubuhi, maka dia akan mengangguk (lalu kondom merah jambu rasa strawberry akan menyemarakkan suasana).
Percayalah, aku akan tetap mencintaimu sampai tanganku tak mampu menulis lagi, sampai mataku tak bisa terbuka lagi, sampai nafasku tak berhembus lagi, sampai jantungku tak berdenyut lagi, sampai kata-kata telah habis kutulis menjadi bait puisi yang menceritakan tentangmu, hanya tentangmu, juga tentang perasaanku padamu. Ribuan musim kita lewati tanpa terasa abjad-abjad kehidupan telah terbaca di sela-sela tawa manja, sejarah rindu tercatat dimana-mana, meski tempat berpijak kita bagai di dua sisi bola dunia.
Aku tak akan pernah berhenti mengatakan betapa aku sayang sama kamu meski hanya melalui angin yang tak dapat membaca, hanya berbicara melalui bisikan, juga belaian di tubuh yang lelah. Maka lewat angin yang membelai hingga kau bisa tidur dengan lelap di hari-hari tanpaku di sana, kukirimkan sepucuk puisi untuk hari jadimu. Hari ke-limabelas di bulan Februari ini. Lewat sehari dari hari yang katanya merah jambu. Puisi yang hanya, hanya, dan hanya untukmu.
Cuma itu yang aku bisa sayang, sebab kita jauh berjarak. Biarlah angin yang akan mengabadikan cintaku lewat senandungnya. Dengarlah bila senja tiba. Duduklah di beranda raciklah sendiri teh-mu, lalu ikutlah bersenandung. Tapi kumohon jangan menangis. Sebab cinta bukan tangisan.
Aku tak meminta apapun darimu. Sebab aku hanya akan memberikan penderitaan panjang. Sebab kau tahu, sayang, cinta itu hitam, bukan merah jambu. Cinta itu hitam. Menggelapkan, penuh penderitaan.
Selamat ulang tahun Nyai-ku.
Valentine, banyak cerita tentang sejarah hari ini. Aku malas menceritakannya sama kamu sebab tak ada gunanya. Yang jelas, perayaan begini semakin membuatku yakin betapa hidup sudah kehilangan esensinya. Kasih sayang dirayakan dengan sesuatu berwarna merah jambu. Boneka merah jambu, kertas bungkus kado warna merah jambu, pesta meriah serba merah jambu, barangkali celana dalam dan kondom juga diciptakan rasa strawberry berwarna merah jambu, sebab bercinta adalah ungkapan kasih sayang yang paling dalam bagi mereka (#TaiKucing).
Sayang, aku menyanyangimu dengan warna biru yang teduh, bukan merah jambu yang datang setahun sekali. Aku mencintaimu dengan sederhana, bukan dengan mengirimi kamu puisi gombal hasil jiplakan dari buku dengan hadiah mahal yang uangnya nilep dari SPP atau ngibul sama orang tua. Aku mencintaimu dengan mengelus gerai indah rambutmu, dan kamu menyukainya.
Kalau mereka merayakan kasih sayang setahun sekali dengan memberi cokelat, aku menyayangimu setiap hari, setiap detik, bahkan diantaranya dengan merindukan hari-hari aku memelukmu, mengelus punggungmu hingga kamu tertidur.
Sayangku, memang tak banyak cerita yang kita buat, sebab kebersamaan kita hanya kalau aku menunjungimu di rumahmu, sebab kamu memang bukan tipe petualang yang suka pergi kemana-mana sebagaimana aku yang suka menyeret kaki kemana-mana. Kamu pencinta rumah sejati, aku juga, tetapi aku juga pencinta perjalanan panjang menelusuri kota-kota yang belum pernah kujejaki. Dan kamu akan setia menungguku di rumahmu, sebab sejauh aku pergi, akan selalu pulang ke tempat dimana kamu dilahirkan, dimana aku titipkan kerinduan pada tubuh lembutmu.
Nyaiku, kekasihku, aku menyayangimu tanpa kata-kata dan bukan dengan cara pergi ke mall menghamburkan uang untuk sesuatu yang artifisial, sesuatu yang absdurd dan tanpa makna. Sebab siang tadi aku terjebak dalam sebuah mall dimana tempat sebuah toko buku untuk membeli tinta printerku yang habis. Aku terjebak dalam keriuhan pesta valentine. Merah jambu dimana-mana. Sepasang kekasih saling memanggil ‘sayang’ satu sama lain yang nyaris membuatku memuntahi buku di depan yang sedang kubaca sampul belakangnya. Para perempuan mendapat hadiah bunga mawar berwarna merah jambu dengan sumringah, menatap lelakinya begitu bangga dan berbinar-binar. Barangkali kalau si lelaki meminta dia terlentang di ranjang untuk disetubuhi, maka dia akan mengangguk (lalu kondom merah jambu rasa strawberry akan menyemarakkan suasana).
Percayalah, aku akan tetap mencintaimu sampai tanganku tak mampu menulis lagi, sampai mataku tak bisa terbuka lagi, sampai nafasku tak berhembus lagi, sampai jantungku tak berdenyut lagi, sampai kata-kata telah habis kutulis menjadi bait puisi yang menceritakan tentangmu, hanya tentangmu, juga tentang perasaanku padamu. Ribuan musim kita lewati tanpa terasa abjad-abjad kehidupan telah terbaca di sela-sela tawa manja, sejarah rindu tercatat dimana-mana, meski tempat berpijak kita bagai di dua sisi bola dunia.
Aku tak akan pernah berhenti mengatakan betapa aku sayang sama kamu meski hanya melalui angin yang tak dapat membaca, hanya berbicara melalui bisikan, juga belaian di tubuh yang lelah. Maka lewat angin yang membelai hingga kau bisa tidur dengan lelap di hari-hari tanpaku di sana, kukirimkan sepucuk puisi untuk hari jadimu. Hari ke-limabelas di bulan Februari ini. Lewat sehari dari hari yang katanya merah jambu. Puisi yang hanya, hanya, dan hanya untukmu.
Selamat Ulang Tahun Sayang
Hujan turun dari langit beludru
Rinai terkibar selembut rambutmu
Jerit malam senandungkan syahdu
Menangkap rindu sedemikian haru
Dingin menyajikan kelu
Ayunan pepucuk daun berpacu di pelana kelabu
Semua berseru, selamat ulang tahun sayangku
Alam yang bersenandung jiwa-jiwa menjunjung
Pada panorama yang pualam merona merah pipi
Berjubah sajak melengkung-lengkung
Pada hijau yang kian membumbung
Lingga menanti disimpuhi
Oleh rindu-rindu-rindu sentuhan hati
Kekasihku, selamat tahun bungadonaku
Dengan puisi aku bernyanyi, untukmu
Dengan puisi aku bercinta, denganmu
Dengan puisi kulayangkan rindu, padamu
Dengan puisi aku berdo'a, untukmu
Terima kasih untuk gebu rindu dan cemburu
Yang merah, yang biru, yang putih, juga abu-abu
Sayangku, I Miss You
Selamat ulang tahun sayangku
Hujan membingkai mata
Menjadi irama saat kubuka album kita
Ada potret senyum dan tawa
Ada rengekanmu yang manja
Selamat ulang tahun sayangku
Tambahlah pesonamu
Tambahlah kedewasaanmu
Tambahlah mataharimu
Bentangkan sayap jingga dan ungu
Aku tak akan pernah memaksamu
Jadi apa inginku
Sebab kuingin kamu, jadi apa adanya dirimu
Terimakasih untuk cintamu yang selalu dan selalu membuatku mencintaimu
Baca Juga Happy Fucklentine Dies 2012
Cuma itu yang aku bisa sayang, sebab kita jauh berjarak. Biarlah angin yang akan mengabadikan cintaku lewat senandungnya. Dengarlah bila senja tiba. Duduklah di beranda raciklah sendiri teh-mu, lalu ikutlah bersenandung. Tapi kumohon jangan menangis. Sebab cinta bukan tangisan.
Aku tak meminta apapun darimu. Sebab aku hanya akan memberikan penderitaan panjang. Sebab kau tahu, sayang, cinta itu hitam, bukan merah jambu. Cinta itu hitam. Menggelapkan, penuh penderitaan.
Selamat ulang tahun Nyai-ku.
Tidak ada komentar: