Demam mig33
Embun masih terlalu muda. Aku kembali terpaku di depan layar komputerku. Tak tahu harus kumulai dari mana jari ini mengetik sebuah kata atau bahkan sebuah huruf. Aku bukan seorang penulis. Yang pasti saat ini, i love u all my friends.
Dari mulai apa yang dinamakan pagi, ketika aku terjaga dari lelap menanggal lelah, aku mulai online. Lalu kuucapkan selamat pagi pada teman-teman mayaku sambil bersiap berangkat kerja. Merekalah orang-orang pertama yang memberi warna pada hariku. Tak ubahnya malam hari, setelah semua aktivitas rampung telah kulakukan aku kembali menemui mereka hingga kantuk menyergapku.
Banyak hal yang telah kudapatkan dari dunia itu,dunia maya. Aku bisa tertawa dan menangis karenanya. Aku bisa dengan rela berbagi cerita suka dan kesedihan dengan mereka. Aku merasa dihargai dan disayangi oleh orang-orang yang sama sekali belum kulihat rupa dan bentuknya, aroma keringatnya, atau nada bicaranya. Dan orang-orang inilah yang selama ini mampu membunuh sepiku. Merekalah yang bisa mengobati kemuakanku akan kemunafikan orang-orang yang aku jumpai di dunia nyata.
Tapi aku juga harus tersadar, aku tak boleh larut selamanya dalam dunia itu. Karena semua itu hanya dunia maya, dunia yang sampai saat ini tak kuyakini keberadaannya, walau sesungguhnya mereka nyata.
Entah Kapan akan usai episodeku di sana. Karena sampai saat ini aku masih tetap menikmati kesemuan itu.
Dari mulai apa yang dinamakan pagi, ketika aku terjaga dari lelap menanggal lelah, aku mulai online. Lalu kuucapkan selamat pagi pada teman-teman mayaku sambil bersiap berangkat kerja. Merekalah orang-orang pertama yang memberi warna pada hariku. Tak ubahnya malam hari, setelah semua aktivitas rampung telah kulakukan aku kembali menemui mereka hingga kantuk menyergapku.
Banyak hal yang telah kudapatkan dari dunia itu,dunia maya. Aku bisa tertawa dan menangis karenanya. Aku bisa dengan rela berbagi cerita suka dan kesedihan dengan mereka. Aku merasa dihargai dan disayangi oleh orang-orang yang sama sekali belum kulihat rupa dan bentuknya, aroma keringatnya, atau nada bicaranya. Dan orang-orang inilah yang selama ini mampu membunuh sepiku. Merekalah yang bisa mengobati kemuakanku akan kemunafikan orang-orang yang aku jumpai di dunia nyata.
Tapi aku juga harus tersadar, aku tak boleh larut selamanya dalam dunia itu. Karena semua itu hanya dunia maya, dunia yang sampai saat ini tak kuyakini keberadaannya, walau sesungguhnya mereka nyata.
Entah Kapan akan usai episodeku di sana. Karena sampai saat ini aku masih tetap menikmati kesemuan itu.
Tidak ada komentar: